Advertisement

Promo November

Pengamat Perbankan Ungkap Mahasiswa Terjerat Pinjol Untuk Penuhi Gaya Hidup

Sirojul Khafid
Senin, 18 September 2023 - 07:47 WIB
Sunartono
Pengamat Perbankan Ungkap Mahasiswa Terjerat Pinjol Untuk Penuhi Gaya Hidup Ilustrasi pinjol / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Banyak kasus pinjaman online (pinjol) di kalangan anak muda yang macet lantaran penggunaannya untuk hal-hal konsumtif. Ketidakmampuan pengembalian bisa berdampak buruk kedepannya.

Pengamat Perbankan yang juga Chairman Infobank Institute, Eko B. Supriyanto, mengatakan banyak anak muda mengakses pinjol untuk bergaya hidup hedon, ingin terlihat mewah di mata orang lain, sampai untuk ikuti tren seperti pembelian saham bahkan judi online. Banyak yang tak paham apabila pinjaman itu juga perlu untuk dikembalikan dengan tempo waktu tertentu.

Advertisement

Bunga yang cenderung tinggi pada pinjol bisa membuat pengembalian semakin lama semakin berat. “Pernah terjadi ketika pasar modal boom, banyak anak muda ini pinjam secara online untuk main saham. Hari-hari ini bikin geleng kepala untuk main judi online atau game online,” kata Eko, Minggu (17/9/2023).

BACA JUGA : Perusahaan Pinjol Jadi Sarana Cuci Uang? Begini Penjelasan Ekonom

“Mengkhawatirkan gaya hidup sebagian besar anak-anak milenial sekarang, pragmatis. Ingin cepat kaya, tapi tak memahami bahwa pinjaman dijadikan jalan pintas untuk membiayai gaya hidup.”

Bukan tidak mungkin, banyaknya anak muda yang terjerat pinjol, lantaran promosi dan iklan yang gencar di berbagai platform media sosial. Bahkan pinjol menawarkan syarat pinjaman yang mudah dan ringan. Seperti jargon, ‘tinggal klik, langsung cair’. Baik pinjol legal maupun ilegal, semuanya menawarkan kemudahan pinjaman.

Bisa tidaknya peminjam mengembalikan uang, seakan tidak terlalu penting dalam kasus pinjol. Dalam sebuah diskusi yang dilakukan Infobank Institute, para pinjol ini ada yang memang sengaja mencari sebanyak-banyaknya debitur.

"Hal itu dilakukan karena makin banyak data peminjam, maka valuasinya makin mahal ketika hendak dijual. Sebelum musim ‘winter’ datang, ‘berhalanya’ para fintech ini tak lain adalah valuasi,” kata Eko.

Sehingga ada kesan menyebar uang ke mana-mana bukan masalah. Hal itu bisa dihitung sebagai biaya promosi dan cara menggaet data debitur. Anak muda yang mengelola fintech P2P kurang paham bahwa kalau lempar kredit itu harus kembali. Mereka para penyembah berhala valuasi. Mereka bukan seperti bankir, yang nafasnya hati-hati.

Memang sudah banyak buktinya, banyak anak muda yang bermasalah dengan pinjol. Data Infobank Institute mencatat, di awal September 2023 ini, 58 mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) terjerat pinjol dan rentenir. Mereka menggunakan uang untuk membiayai gaya hidup seperti jalan-jalan, nongkrong di kafe, dan lainnya.

BACA JUGA : Fintech Pinjol Bisa Isi Celah Pembiayaan UMKM

Dengan variasi kasus yang berbeda,namun tetap tentang pinjol juga, tahun 2020 lalu ada 116 mahasiswa-mahasiswi IPB tertipu pinjol dengan menggunakan data palsu. Ada orang yang menipu mereka dengan memakai data pribadi mahasiswa-mahasiswi IPB untuk memperoleh pinjaman dari pinjol.

Kasus yang hampir sama terjadi pada ospek mahasiswa baru di UIN Surakarta. Mereka dipaksa kakak kelasnya untuk menyerahkan data, karena perusahaan Fintech lending menjadi sponsor ospek. Terakhir, seorang mahasiswa Universitas Indonesia membunuh adik kelasnya. Pelaku membunuh adik kelas untuk menguasai hartanya, yang nantinya hendak untuk membayar pinjol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jaringan Petani Nusantara Mengapresiasi Penerbitan PP 47 Tahun 2024 Terkait Penghapusan Utang Macet

Jogja
| Jum'at, 08 November 2024, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Minat Berwisata Milenial dan Gen Z Agak Lain, Cenderung Suka Wilayah Terpencil

Wisata
| Senin, 04 November 2024, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement